Lompat ke isi utama

Warga Desa Waturalele, Sulawesi Tengah

"Karena sudah ada jamban, masyarakat tidak lagi takut buang air besar di malam hari. Sebelumnya mereka takut ingin buang air besar di malam hari karena takut bertemu hantu atau monyet."

Dusun 3, Desa Waturalele, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, terpisah dari dusun – dusun lainnya dan berada di ketinggian 1.400 Mdpl dan hanya bisa diakses menggunakan motor yang dikendarai khusus atau berjalan kaki. Minimnya akses menuju Dusun 3 membuat desa ini kesulitan untuk mendapatkan bantuan terutama dalam peningkatan akses kepada air bersih dan sanitasi. Tidak heran apabila sumber air bersih yang melimpah di Dusun 3 masih sulit diakses karena belum adanya jaringan air bersih yang kondusif menuju pemukiman masyarakat. Selain itu, angka Buang Air Besar Sembarangan (BABS) masih tinggi di Dusun 3, Desa Waturalele dikarenakan tidak banyak masyarakat yang bisa mengakses jamban sehingga masih BABS di kebun.

Mercy Corps Indonesia melalui program Disaster Recovery berkomitmen untuk memfasilitasi masyarakat Desa Waturalele terutama Dusun 3 untuk memiliki akses yang lebih baik kepada air bersih dan sanitasi. MCI memfasilitasi 13 anggota masyarakat Desa Waturalele untuk menjadi fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Salah satu fasilitator STBM adalah Ibu Irna. Beliau berasal dari Dusun 3 namun tinggal bersama suami dan anaknya di Dusun 2.

Saat akan melaksanakan kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemicuan Kesadaran Buang Air Besar Sembarangan, Irna harus berjalan menanjak selama 3 jam ditemani suaminya untuk sampai ke Dusun 3. Irna bisa saja menggunakan ojek lokal namun ia khawatir jatuh di jalan yang terjal di sekitar tebing menuju Dusun 3.

Kepada tim MCI, Irna menjelaskan bahwa selain karena kurangnya akses ke jamban, perilaku buang air besar sembarangan juga didorong oleh kebiasaan masyarakat. Warga Dusun 3 yang sudah pindah ke Dusun I tetap melakukan BABS meski sudah tersedia jamban. Kebiasaan buang air besar sembarangan umumnya dilakukan oleh orang dewasa dan lansia, sedangkan anak-anak dan remaja telah sadar untuk buang air besar di jamban karena sudah terbiasa di sekolah. Kurangnya akses jamban dan rendahnya kesadaran masyarakat, mengakibatkan tingginya angka buang air besar sembarangan. Berdasarkan hasil penilaian awal oleh MCI angka  BABS adalah 76%.

Irna mengaku sudah banyak terjadi perubahan di masyarakat Dusun 3, Desa Waturalele semenjak Mercy Corps Indonesia memfasilitasi kegiatan peningkatan akses air bersih dan sanitasi.  Setelah melaksanakan kegiatan peningkatan kesadaran, MCI juga memfasilitasi pembangunan fasilitas jamban dan perbaikan infrastruktur jaringan air di Dusun 3, Desa Waturalele.

Irna terharu mengungkapkan rasa terima kasihnya karena Mercy Corps Indonesia yang mampu melewati jalan terjal dan berbahaya serta memperhatikan desanya yang selama ini sulit  diakses oleh pemerintah maupun lembaga lainnya sehingga pembangunan di Dusun 3 lebih lambat dibandingkan dusun lainnya di Desa Waturalele.

"Karena sudah ada jamban, masyarakat tidak lagi takut buang air besar di malam hari. Sebelumnya mereka takut ingin buang air besar di malam hari karena takut bertemu hantu atau monyet." Irna juga mengatakan bahwa dirinya dan masyarakat senang karena kini jamban juga sudah dilengkapi penerangan dan jalan yang lebih baik.

Kerja keras dan pelibatan masyarakat seperti Irna sebagai fasilitator WASH menjadikan Desa Waturalele mampu menjadi Desa Bebas Buang Air Besar sembarangan yang telah diverifikasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi.